Tidak disangka ternyata saya sudah menjadi seorang mahasiswi! Itu berarti, saya sudah hampir masuk ke dalam tahap remaja akhir menuju tahap dewasa. Waktu berjalan begitu cepat. Membuat saya berpikir, akan jadi apa saya setelah lulus? Bagaimana saya nanti?
Hal ini membuat saya ingin untuk membuat peta rencana hidup saya kedepannya. Mulai dari saya lulus kuliah, sampai saya harus kembali pada Sang Maha Pemberi Kehidupan.
Dimulai dari saya lulus. Usia saya saat itu 21-22 tahun. Tidak boleh lebih dari itu! Hehehe. Menjadi seorang sarjana bergelar S.E dibelakang nama saya. Dan pada saat itu, saya ingin orang-orang yang saya sayangi hadir di acara wisuda saya.
Usia 22 tahun, tak lama setelah lulus, saya sudah memiliki back-up-an pekerjaan. Perusahaan mana yang akan menjadi tempat bekerja saya. Jadilah saya sebagai seorang karyawan accounting di sebuah perusahaan besar di daerah Jakarta atau mungkin seorang karyawan staff accounting di sebuah bank.
Usia 23 tahun, saya sudah diangkat menjadi karyawan tetap atas dedikasi saya terhadap perusahaan tempat saya kerja. Semaksimal mungkin saya mendedikasikan kemampuan pekerjaan saya untuk perusahaan agar hasilnya bisa maksimal.
Usia 24 tahun, saya dilamar. Menurut saya, usia itu merupakan usia yang ideal untuk menuju jenjang yang lebih lanjut terhadap suatu hubungan. Jika Tuhan mengizinkan, pada saat itu usia hubungan saya dengan pacar sudah memasuki 9 tahun. Karena kami sudah menjalin hubungan sejak tahun 2012. Iya, kami berharap penuh agar bisa terus bersama mempertahankan hubungan kami sampai kapanpun. Aamiin…
Selang beberapa bulan, kemudian kami menikah. Memulai hidup baru bersama orang yang sudah bersama saya selama 9 tahun belakangan ini.
Lalu, bersama suami saya, saya ingin mewujudkan impian saya untuk pergi ke Jerman, negara yang sangat sangat ingin saya datangi. Berlin, Aachen, Heidelburg, Munich, pokoknya saat musim gugur menyenangkan bisa ada di sana! Setelah itu, kami pergi ke Inggris, terutama mengunjungi Manchester dan Old Trafford, markas klub sepak bola Manchester United yang merupakan klub favorit suami saya hehehe. Lalu kami terbang lagi ke Dubai, kemudian ke Turki. Whoaa keliling dunia!
Tak lama setelah menikah, kira-kira 3 bulan setelah menikah, kabar gembira kemudian datang. Anggota keluarga baru, seorang bayi laki-laki yang telah lama saya dan suami idam-idamkan –bahkan telah saya idamkan sejak saya menulis postingan ini *ups hehehe…
Setelah anak saya mulai masuk ke usia 3 tahun, saya mulai fokus kembali pada pendidikan S2 saya. Usia saya pada saat itu 29 tahun. Tidak perlu di luar negeri. Cukup di Depok, Cinta Pertama saya, Universitas Indonesia. Ya, UI merupakan universitas yang sudah saya idamkan sejak saya duduk di bangku SMP. Setelah gagal pada S1, saya akan berusaha maksimal untuk kuliah pascasarjana disana. Cinta pertamaku, tunggu aku…
Lulus S2 pada usia 31 tahun, kemudian beberapa tahun kemudian kira-kira saat saya berusia 34 tahun, saya dipromosikan untuk naik jabatan. Sebagai supervisor, atau mungkin kepala bagian, atau mungkin manajer.
Dan suami saya mendapat apresiasi luar biasa tehadap bisnis yang dijalankannya. Dia adalah seorang hardworker yang memang sudah lama ingin memiliki perusahaannya sendiri berlabel namanya.
Di usia saya yang saat itu 35 tahun, saya sudah memiliki 2 anak. Yaitu satu anak laki-laki, dan adiknya seorang anak perempuan. Di usia pernikahan saya yang saat itu menginjak 11 tahun.
Setelah lama menabung, di usia
saya yang ke 36 tahun, saya ingin pergi haji bersama suami saya dan kedua orang
tua saya, pun dengan orang tua suami saya. Menjalankan ibadah bersama
orang-orang tercinta merupakan kebahagiaan bagi saya.
Di masa tua saya, saat anak-anak saya sudah sukses dengan prestasi mereka masing-masing, dan sudah memiliki kehidupan mereka masing-masing, saya ingin tetap tumbuh menua bersama suami saya. Satu-satunya orang yang menemani saya sejak saya berusia 15 tahun, bahkan sudah menjadi teman baik saya sejak kami duduk di bangku SMP. Tumbuh menua bersama, merupakan impian dari setiap pernikahan.
Dan bahkan, ketika saya meninggal nanti, kami akan tetap disatukan di surga-Nya kelak. Aamiin.
Namun biar bagaimanapun, manusia hanya bisa berencana, dan Tuhan-lah yang menentukan. Setidaknya, kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mencapai apa yang telah kita impikan selama ini. Serinci apapun daftar rencana hidup yang telah kita buat, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kemudian. Bisa saja ada yang tidak bisa tercapai karena Tuhan memiliki rencana yang lebih baik, atau saya harus langsung menghadap-Nya sebelum semua rencana hidup saya tercapai. Wallaahu a’lam.
© nisaalfth, 2015
Staffsite Gunadarma: isramrasal.staff.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar